Dalam Kolose 3:14 tertulis, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” Ayat ini mengingatkan kita bahwa kasih adalah dasar dari segala hubungan, terutama dalam keluarga. Tanpa kasih, keluarga bisa menjadi tempat konflik, bukan tempat perlindungan. Kasih yang dimaksud bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
Di tengah kesibukan hidup, sering kali kita lupa menunjukkan kasih kepada anggota keluarga. Kita mungkin lebih sabar kepada orang luar dibanding kepada pasangan, anak, atau orang tua kita sendiri. Namun kasih sejati diuji justru di dalam relasi yang paling dekat. Apakah kita masih mau memaafkan? Masih mau mengerti ketika ada perbedaan pendapat?
Yesus sendiri menunjukkan teladan kasih yang tidak bersyarat. Ia mengasihi kita ketika kita masih berdosa. Jika kita sudah menerima kasih Kristus, maka kasih itu seharusnya mengalir juga kepada keluarga kita. Mungkin ada anggota keluarga yang sulit dikasihi, tetapi di situlah iman kita ditantang untuk bertumbuh. Dengan pertolongan Roh Kudus, kita dimampukan untuk mengasihi dengan sabar dan setia.
Renungan hari ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali: Sudahkah kita mengenakan kasih dalam keluarga? Apakah kita menjadi pembawa damai atau justru pemicu pertengkaran? Kasih bukan hanya kata-kata manis, tetapi keputusan untuk hadir, mendengar, mengampuni, dan melayani. Bahkan hal kecil seperti senyuman, pelukan, atau ucapan syukur bisa menjadi wujud nyata kasih dalam keluarga.
Mari kita berdoa agar Tuhan membentuk hati kita menjadi lebih serupa dengan Kristus. Semoga keluarga kita menjadi tempat di mana kasih Allah dinyatakan setiap hari—bukan karena kita sempurna, tetapi karena kita mau dibentuk oleh kasih yang sempurna dari Tuhan.



